Selasa, 14 Maret 2017

tata cara wudhu yang benar menurut nabi muhammad saw

Meluruskan Tata Cara Wudhu Sesuai Petunjuk Nabi

Setelah kita mempelajari berbagai macam najis, selanjutnya kita akan mengenal bagaimanakah tata cara wudhu yang benar yang sesuai petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga dengan pembahasan ini pula dapat meluruskan kesalahan-kesalahan yang selama ini ada. Hanya Allah yang beri taufik.
Shalat Tidak Sah Tanpa Berwudhu
Dari Ibnu ‘Umar –radhiyallahu ‘anhuma-, beliau berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْبَلُ صَلاَةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ وَلاَ صَدَقَةٌ مِنْ غُلُولٍ
Tidak ada shalat kecuali dengan thoharoh. Tidak ada sedekah dari hasil pengkhianatan.[1]
An Nawawi –rahimahullah- mengatakan, “Hadits ini adalah nash[2] mengenai wajibnya thoharoh untuk shalat. Kaum muslimin telah bersepakat bahwa thoharoh merupakan syarat sah shalat.” [3]
Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْبَلُ صَلاَةُ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ
Shalat salah seorang di antara kalian tidak akan diterima -ketika masih berhadats- sampai dia berwudhu.[4]
Tata Cara Wudhu
Mengenai tata cara berwudhu diterangkan dalam hadits berikut:
حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ أَخْبَرَهُ أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ – رضى الله عنه – دَعَا بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لاَ يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ». قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَكَانَ عُلَمَاؤُنَا يَقُولُونَ هَذَا الْوُضُوءُ أَسْبَغُ مَا يَتَوَضَّأُ بِهِ أَحَدٌ لِلصَّلاَةِ.
Humran pembantu Utsman menceritakan bahwa Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu pernah meminta air untuk wudhu kemudian dia ingin berwudhu. Beliau membasuh kedua telapak tangannya 3 kali, kemudian berkumur-kumur diiringi memasukkan air ke hidung, kemudian membasuh mukanya 3 kali, kemudian membasuh tangan kanan sampai ke siku tiga kali, kemudian mencuci tangan yang kiri seperti itu juga, kemudian mengusap kepala, kemudian membasuh kaki kanan sampai mata kaki tiga kali, kemudian kaki yang kiri seperti itu juga. Kemudian Utsman berkata, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian beliau bersabda, “Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini kemudian dia shalat dua rakaat dengan khusyuk (tidak memikirkan urusan dunia dan yang tidak punya kaitan dengan shalat[5]), maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. Ibnu Syihab berkata, “Ulama kita mengatakan bahwa wudhu seperti ini adalah contoh wudhu yang paling sempurna yang dilakukan seorang hamba untuk shalat”.[6]
Dari hadits ini dan hadits lainnya, kita dapat meringkas tata cara wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai berikut.
  1. Berniat –dalam hati- untuk menghilangkan hadats.
  2. Membaca basmalah: ‘bismillah’.
  3. Membasuh kedua telapak tangan sebanyak tiga kali.
  4. Mengambil air dengan tangan kanan, lalu dimasukkan dalam mulut (berkumur-kumur atau madmadho) dan dimasukkan dalam hidung (istinsyaq) sekaligus –melalui satu cidukan-. Kemudian air tersebut dikeluarkan (istintsar) dengan tangan kiri. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali.
  5. Membasuh seluruh wajah sebanyak tiga kali dan menyela-nyela jenggot.
  6. Membasuh tangan –kanan kemudian kiri- hingga siku dan sambil menyela-nyela jari-jemari.
  7. Membasuh kepala 1 kali dan termasuk di dalamnya telinga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kedua telinga termasuk bagian dari kepala” (HR Ibnu Majah, disahihkan oleh Al Albani). Tatacara membasuh kepala ini adalah sebagai berikut, kedua telapak tangan dibasahi dengan air. Kemudian kepala bagian depan dibasahi lalu menarik tangan hingga kepala bagian belakang, kemudian menarik tangan kembali hingga kepala bagian depan. Setelah itu langsung dilanjutkan dengan memasukkan jari telunjuk ke lubang telinga, sedangkan ibu jari menggosok telinga bagian luar.
  8. Membasuh kaki 3 kali hingga ke mata kaki dengan mendahulukan kaki kanan sambil membersihkan sela-sela jemari kaki.
Berikut catatan penting yang perlu diperhatikan dalam tata cara wudhu di atas.
Niat Cukup dalam Hati
Yang dimaksud niat adalah al qosd (keinginan) dan al irodah (kehendak).[7] Sedangkan yang namanya keinginan dan kehendak pastilah dalam hati, sehingga niat pun letaknya dalam hati.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah– mengatakan, “Letak niat adalah di hati bukan di lisan. Hal ini berdasarkan kesepakatan para ulama kaum muslimin dalam segala macam ibadah termasuk shalat, thoharoh, zakat, haji, puasa, memerdekakan budak, jihad dan lainnya.”[8]
Ibnul Qayim –rahimahullah– mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam –di awal wudhu– tidak pernah mengucapkan “nawaitu rof’al hadatsi (aku berniat untuk menghilangkan hadats …)”. Beliau pun tidak menganjurkannya. Begitu pula tidak ada seorang sahabat pun yang mengajarkannya. Tidak pula terdapat satu riwayat –baik dengan sanad yang shahih maupun dho’if (lemah)- yang menyebutkan bahwa beliau mengucapkan bacaan tadi.”[9]
Berkumur-kumur dan Memasukkan Air dalam Hidung Dilakukan Sekaligus Melalui Satu Cidukan Tangan
Ibnul  Qayyim menyebutkan,
“Ketika berkumur-kumur dan memasukkan air dalam hidung (istinsyaq), terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan satu cidukan tangan, terkadang dengan dua kali cidukan dan terkadang pula dengan tiga kali cidukan. Namun beliau menyambungkan (tidak memisah) antara kumur-kumur dan istinsyaqBeliau menggunakan separuh cidukan tangan untuk mulut dan separuhnya lagi untuk hidung. Ketika suatu saat beliau berkumur-kumur dan istinsyaq dengan satu cidukan maka kemungkinan cuma dilakukan seperti ini yaitu kumur-kumur dan istinsyaq disambung (bukan dipisah).
Adapun ketika beliau berkumur-kumur dan istinsyaq dengan dua atau tiga cidukan, maka di sini baru kemungkinan berkumur-kumur dan beristinsyaq bisa dipisah. Akan tetapi, yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam contohkan adalah memisahkan antara berkumur-kumur dan istinsyaq. Sebagaimana disebutkan dalam shahihain[10] dari ‘Abdullah bin Zaid bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tamadh-madho (berkumur-kumur) dan istinsyaq (memasukkan air dalam hidung) melalui air satu telapak tangan dan seperti ini dilakukan tiga kali. Dalam lafazh yang lain disebutkan bahwa  tamadh-madho (berkumur-kumur) dan istinsyaq (memasukkan air dalam hidung) melalui tiga kali cidukan. Inilah riwayat yang lebih shahih dalam masalah kumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air dalam hidung).
Tidak ada satu hadits shahih pun yang menyatakan bahwa kumur-kumur dan istinsyaq dipisah. Kecuali ada riwayat dari Tholhah bin Mushorrif dari ayahnya dari kakeknya yang mengatakan bahwa dia melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memisah antara kumur-kumur dan istinsyaq[11]. Dan riwayat tersebut hanyalah berasal dari Tholhah dari ayahnya, dari kakeknya. Padahal kakekanya tidak dikenal sebagai seorang sahabat.”[12]
Membasuh Kepala Cukup Sekali
Ibnul Qayyim menjelaskan,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membasuh kepalanya seluruh dan terkadang beliau membasuh ke depan kemudian ke belakang. Sehingga dari sini sebagian orang mengatakan bahwa membasuh kepala itu dua kali. Akan tetapi yang tepat adalah membasuh kepala cukup sekali (tanpa diulang). Untuk anggota wudhu lain biasa diulang. Namun untuk kepala, cukup dibasuh sekali. Inilah pendapat yang lebih tegas dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berbeda dengan cara ini.
Adapun hadits yang membicarakan beliau membasuh kepala lebih dari sekali, terkadang haditsnya shahih, namun tidak tegas. Seperti perkataan sahabat yang menyatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu dengan mengusap tiga kali tiga kali. Seperti pula perkataan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membasuh kepala dua kali. Terkadang pula haditsnya tegas, namun tidak shahih. Seperti hadits Ibnu Al Bailamani dari ayahnya dari ‘Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap tangannya tiga kali dan membasuh kepala juga tiga kali. Namun perlu diketahui bahwa Ibnu Al Bailamani dan ayahnya adalah periwayat yang lemah.”[13]
Kepala Sekaligus Diusap dengan Telinga
Telinga hendaknya diusap berbarengan setelah kepala karena telinga adalah bagian dari kepala. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الأُذُنَانِ مِنَ الرَّأْسِ
Dua telinga adalah bagian dari kepala.” [14] Hadits ini adalah hadits yang lemah jika marfu’ (dianggap ucapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Akan tetapi hadits di atas dikatakan oleh beberapa ulama salaf di antaranya adalah Ibnu ‘Umar.[15]
Ash Shon’ani menjelaskan,
”Walaupun sanad hadits ini dikritik, akan tetapi ada berbagai riwayat yang menguatkan satu sama lain. Sebagai penguat hadits tersebut adalah hadits yang mengatakan bahwa membasuh dua telinga adalah sekaligus dengan kepala sebanyak sekali. Hadits yang menyebutkan seperti ini amatlah banyak, ada dari ‘Ali, Ibnu ‘Abbas, Ar Robi’ dan ‘Utsman. Semua hadits tersebut bersepakat bahwa membasuh kedua telinga sekaligus bersama kepala dengan melalui satu cidukan air, sebagaimana hal ini adalah makna zhohir (tekstual) dari kata marroh (yang artinya: sekali). Jika untuk membasuh kedua telinga digunakan air yang baru, tentu tidak dikatakan, “Membasuh kepala dan telinga sekali saja”. Jika ada yang memaksudkan bahwa beliau tidaklah mengulangi membasuh kepala dan telinga, akan tetapi yang dimaksudkan adalah mengambil air yang baru, maka ini pemahaman yang jelas keliru.
Adapun riwayat yang menyatakan bahwa air yang digunakan untuk membasuh kedua telinga berbeda dengan kepala, itu bisa dipahami kalau air yang ada di tangan ketika membasuh kepala sudah kering, sehingga untuk membasuh telinga digunakan air yang baru.”[16]
Seluruh Kepala Dibasuh, Bukan Hanya Ubun-Ubun Saja
Allah Ta’ala berfirman,
وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ
Dan basuhlah kepala kalian.” (QS. Al Maidah: 6)
Fungsi huruf baa’ dalam ayat di atas adalah lil ilsoq artinya melekatkan dan bukan li tab’idh (menyebutkan sebagian). Maknanya sama dengan membasuh wajah ketika tayamum, sebagaimana dalam ayat,
فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ
Dan basuhlah wajah kalian.” (QS. Al Maidah: 6). Dua dalil di atas masih berada dalam konteks ayat yang sama. Mengusap wajah pada tayamum bukan hanya sebagian (namun seluruhnya) sehingga yang dimaksudkan dengan mengusap kepala adalah mengusap seluruh kepala.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan,
“Apabila ayat yang membicarakan tentang tayamum tidak mengatakan bahwa mash (membasuh) wajah hanya sebagian padahal tayamum adalah pengganti wudhu dan tayamum jarang-jarang dilakukan, bagaimana bisa ayat wudhu yang menjelaskan mash (membasuh) kepala cuma dikatakan sebagian saja yang dibasuh padahal wudhu sendiri adalah hukum asal dalam berthoharoh dan sering berulang-ulang dilakukan?! Tentu yang mengiyakan hal ini tidak dikatakan oleh orang yang berakal.”[17]
Begitu pula terdapat dalam hadits lain dijelaskan bahwa membasuh kepala adalah seluruhnya dan bukan sebagian. Dalilnya,
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ أَتَى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَأَخْرَجْنَا لَهُ مَاءً فِى تَوْرٍ مِنْ صُفْرٍ فَتَوَضَّأَ ، فَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا وَيَدَيْهِ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ ، وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَقْبَلَ بِهِ وَأَدْبَرَ ، وَغَسَلَ رِجْلَيْهِ
Dari ‘Abdullah bin Zaid, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, lalu kami mengeluarkan untuknya air dalam bejana dari kuningan, kemudian akhirnya beliau berwudhu. Beliau mengusap wajahnya tiga kali, mengusap tangannya dua kali dan membasuh kepalanya, dia menarik ke depan kemudian ditarik ke belakang, kemudian terakhir beliau mengusap kedua kakinya.[18]
Dalam riwayat lain dikatakan,
وَمَسَحَ رَأْسَهُ كُلَّهُ
Beliau membasuh seluruh kepalanya.[19]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Tidak ada satu pun sahabat yang menceritakan tata cara wudhu Nabi yang mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya mencukupkan dengan membasuh sebagian kepala saja.”[20] Namun ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membasuh ubun-ubun, beliau juga sekaligus membasuh imamahnya.[21]
Sedangkan untuk wanita muslimah tata cara membasuh kepala tidak dibedakan dengan pria. Akan tetapi, boleh bagi wanita untuk membasuh khimarnya saja. Akan tetapi, jika ia membasuh bagian depan kepalanya disertai dengan khimarnya, maka itu lebih bagus agar terlepas dari perselisihan para ulama. Wallahu a’lam.[22]
Semoga bermanfaat.



link youtube : https://www.youtube.com/watch?v=Z4y6nQtKbQM

shalat menurut nabi muhammad saw


Cara Sholat Yang Benar Menurut Nabi Muhammad SAW

Shalat adalah ibadah yang tata cara sholat telah ditentukan secara tegas dalam agama. Secara sederhana dapat didefinisikan, perbuatan yang mengandung gerakan tertentu, yang diawali dengan Takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat merupakan salah satu dari lima rukun islam, dan menjadi tiang agama (hal yang paling pokok). Setiap muslim/muslimah waras dewasa (balik), diwajibkan atasnya mendirikan shalat. Allah berfirman:


"Dan dirikanlah Shalat untuk mengingatKU" (QS Thaha:20)

Berdasarkan salah satu Hadith, pada hari akhir, ibadah shalat merupakan hal yang pertama kali dihizab oleh Allah SWT(HR. Turmudzi). Jika amalan ini baik, barulah amalan lain dapat diperhitungkan, sebaliknya jika amalan ini tidak baik, maka amalan lain tidak boleh diperiksa. Dengan demikian amalan shalat ini menjadi prasyarat untuk dapat memasuki pengadilan Allah SWT yang Maha Adil. Semacam tiket, begitu. Tidak salah, kalau dalam salah satu Hadith Rasulullah SAW bersabda bahwa yang membedakan antara seorang muslim dengan kafir adalah segi shalat.

Berikut Cara Sholat Yang Benar Menurut Nabi Muhammad SAW Oleh Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi yang dikutip dari almanhaj.or.id

Cara Sholat Yang Benar
Sholat

Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri untuk shalat, beliau menghadap ke arah Kiblat dan berdiri mendekat ke pembatas (sutrah). Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى.
Artinya: “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya. Dan sesungguh-nya setiap orang hanya mendapat (balasan) berdasarkan niatnya.”

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai shalat dengan ucapan:

اَللهُ أَكْبَرُ.
Artinya: “Allah Mahabesar.”

Beliau mengangkat kedua tangannya lalu meletakkan yang kanan di atas yang kiri di atas dada. Beliau mengarahkan pandangannya ke tanah (tempat sujud).
Kemudian membuka bacaan dengan berbagai macam do’a (do’a istiftah), beliau memuji, menyanjung dan memuliakan Allah.
Kemudian beliau memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk (ta’awwudz). Kemudian membaca:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
Artinya: “Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.” (Dengan tidak nyaring).

Kemudian membaca al-Faatihah dengan berhenti pada tiap-tiap ayat (tartil). Seusai membaca al-Faatihah, beliau mengucapkan: “Aamiin,” dengan menjaharkan (mengeraskan) dan memanjang-kan suaranya. Setelah membaca al-Faatihah, beliau membaca surat lainnya. Terkadang memanjangkannya, dan terkadang memendekkannya.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeraskan bacaan pada shalat Shubuh dan dua raka’at pertama dari shalat Maghrib dan ‘Isya’. Serta memelankan bacaan pada shalat Zhuhur, ‘Ashar, raka’at ketiga dari shalat Maghrib serta dua raka’at terakhir dari shalat ‘Isya’. Beliau juga mengeraskannya pada shalat Jum’at, dua Hari Raya, Istisqa’, dan Gerhana. Beliau menjadikan dua raka’at terakhir lebih pendek dari dua raka’at pertama kira-kira separuhnya, sekitar lima belas ayat, atau mencukupkan dengan al-Faatihah.

Kemudian jika beliau selesai membaca, beliau diam sejenak. Setelah itu beliau mengangkat kedua tangannya, bertakbir, dan ruku’. Beliau letakkan kedua telapak tangannya pada kedua lutut lalu meregangkan jari-jemarinya. Beliau tekankan kedua tangannya pada kedua lututnya seakan-akan menggenggamnya.

Beliau regangkan kedua sikunya ke samping sambil meratakan dan meluruskan punggungnya. Hingga andaikata dituangkan air di atasnya, niscaya air itu tetap tenang (tidak tumpah). Beliau berdiam agak lama saat ruku’ dan mengucapkan:

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ (ثَلاَثًا)
Artinya: “Mahasuci Engkau, wahai Rabb-ku Yang Mahaagung.” (Diucapkan sebanyak tiga kali).

Dalam rukun ini beliau mengucapkan banyak macam dzikir dan do’a. Terkadang mengucapkan ini, terkadang pula yang itu. Beliau melarang membaca al-Qur-an dalam ruku’ dan sujud. Setelah itu beliau mengangkat punggungnya dari ruku’ sambil mengucapkan:

سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
Artinya: “Allah mendengar orang yang memuji-Nya.

Ketika i’tidal ini beliau mengangkat kedua tangannya sambil membaca:

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ.
Artinya: “Ya Rabb kami, hanya bagi-Mu-lah segala pujian.

Terkadang beliau membaca do’a lebih dari itu. Kemudian beliau bertakbir dan menyungkur sujud. Beliau meletakkan kedua tangannya di atas tanah sebelum kedua lututnya. Beliau bertelekan pada kedua telapak tangannya dan membuka (lengan)nya. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam merapatkan jari-jemarinya dan menghadapkannya ke Kiblat. Beliau meletakkan sejajar dengan kedua bahunya dan terkadang sejajar kedua telinganya. Beliau menempelkan hidung dan dahinya ke tanah. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظَمٍ: عَلَى الْجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ، وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ.
Artinya: “Aku diperintahkan untuk bersujud di atas tujuh tulang: dahi -sambil menunjuk hidungnya dengan tangan- kedua tangan dan kedua lutut, serta ujung jari-jemari kedua kaki.

Beliau juga pernah mengatakan:
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ يُصِيْبُ أَنْفَهُ مِنَ اْلأَرْضِ مَا يُصِيْبُ الْجَبِيْنَ.
Artinya: “Tidak (sempurna) shalat orang yang tidak menempelkan hidungnya ke tanah sebagaimana menempelkan dahinya.

Beliau berdiam sejenak dalam sujudnya sambil mengucapkan:
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى. (ثَلاَثًا)
Artinya: “Mahasuci Rabb-ku Yang Mahatinggi.” (Diucapkan tiga kali)

Terkadang beliau juga membaca berbagai macam dzikir dan do’a, terkadang ini dan terkadang itu. Beliau memerintahkan untuk bersungguh-sungguh dan memperbanyak do’a pada rukun ini.

Kemudian beliau mengangkat kepala sambil bertakbir, lantas menggelar kaki kirinya dan mendudukinya (duduk iftirasy) dengan tenang. Beliau tegakkan telapak kaki kanannya sambil menghadapkan jari-jari telapak kaki kanan tersebut ke Kiblat. Lalu beliau mengucapkan:

اللّهُمَّ اغْفِرْ لِـي وَارْحَمْنِى، وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي، وَاهْدِنِي، وَعَافِنِي، وَارْزُقْنِي.
Artinya: “Ya Allah, ampunilah aku, kasihilah aku, cukupilah kekurangan-ku, angkatlah derajatku, tunjukilah aku, maafkanlah aku, dan berilah rizki kepadaku.

Kemudian beliau bertakbir dan melakukan sujud kedua sebagaimana yang pertama lalu mengangkat kepalanya sambil bertakbir.
Kemudian bangkit duduk tegak di atas kaki kirinya hingga tulang-tulang kembali pada tempatnya semula (duduk istirahat). Kemudian bangkit ke raka’at kedua dengan bertumpu pada tanah.
Beliau melakukan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama. Hanya saja beliau melakukannya lebih singkat daripada yang pertama.

Kemudian beliau duduk tasyahhud seusai raka’at kedua. Jika shalat terdiri dari dua rak’at, maka duduk iftirasy sebagaimana duduk di antara dua sujud. Begitupula pada raka’at kedua dari shalat yang berjumlah tiga atau empat raka’at. Jika beliau duduk tasyahhud, beliau letakkan telapak tangan kanannya di atas paha kanannya dan meletakkan telapak tangan kirinya di atas paha kirinya. Beliau buka tangan kirinya dan menggenggamkan tangan kanannya di atas paha kanannya sambil menunjuk dengan jari telunjuknya dan memusatkan pandangan padanya. Jika beliau mengangkat telunjuknya, beliau menggerak-gerakkannya dan berdo’a dengannya. Beliau bersabda, “Dia memiliki (pengaruh) yang lebih dahsyat terhadap syaitan daripada besi.” Maksudnya telunjuk tadi.

Beliau lantas membaca tahiyyat pada setiap dua raka’at. Beliau bershalawat bagi dirinya sendiri pada tasyahhud awal maupun yang seterusnya. Dan beliau mensyari’atkan hal ini pada umatnya. Dalam shalatnya beliau mengucapkan banyak do’a yang beraneka ragam.

Beliau kemudian mengucap salam sambil menoleh ke kanan dan mengucap: “اَلسَّـلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ (semoga kesejahteraan dan rahmat Allah terlimpahkan atas kamu sekalian.” Begitupula pada yang kiri. Beliau terkadang menambah kalimat “وَبَرَكَاتُهُ (dan berkah-Nya)” pada salam pertama.

[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA – Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 – September 2007M]

Berikut Tata Cara Fardhu 5 Waktu Lengkap Dengan Gerakannya yang dikutip dari ghojer.blogspot.co.id

1. Gerakan Berdiri Tegak untuk Salat

Gerakan Berdiri Tegak untuk Salat
Gerakan Berdiri Tegak untuk Salat

Berdiri tegak pada salat fardu hukumnya wajib. Berdiri tegak merupakan salah satu rukun salat. Sikap ini dilakukan sejak sebelum takbiratul ihram. Cara melakukannya adalah sebagai berikut.
  • Posisi badan harus tegak lurus dan tidak membungkuk, kecuali jika sakit.
  • Tangan rapat di samping badan.
  • Kaki direnggangkan, paling lebar selebar bahu.
  • Semua ujung jari kaki menghadap kiblat.
  • Pandangan lurus ke tempat sujud.
  • Posisi badan menghadap kiblat. Akan tetapi, jika tidak mengetahui arah kiblat, boleh menghadap ke arah mana saja. Asal dalam hati tetap berniat menghadap kiblat. 

2. Gerakan Mengangkat Kedua Tangan Dalam Shalat

Gerakan Mengangkat Kedua Tangan Dalam Shalat
Gerakan Mengangkat Kedua Tangan Dalam Shalat

Ada banyak keterangan tentang cara mengangkat tangan. Menurut kebanyakan ulama caranya adalah sebagai berikut.
  • Telapak tangan sejajar dengan bahu.
  • Ujung jari-jari sejajar dengan puncak telinga.
  • Ujung ibu jari sejajar dengan ujung bawah telinga.
  • Jari-jari direnggangkan.
  • Telapak tangan menghadap ke arah kiblat, bukan menghadap ke atas atau ke samping.
  • Lengan direnggangkan dari ketiak (sunah bagi laki-laki). Untuk perempuan ada yang menyunahkan merapatkannya pada ketiak. Namun, boleh juga merenggangkannya.
  • Bersamaan dengan mengucapkan kalimat takbir.
Catatan: Mengangkat tangan ketika salat terdapat pada empat tempat, yaitu saat takbiratulihram, saat hendak rukuk, saat iktidal (bangun dari rukuk), dan saat bangun dari rakaat kedua (selesai tasyahud awal) untuk berdiri meneruskan rakaat ketiga.

3. Gerakan Sedekap dalam Salat

Gerakan Sedekap dalam Salat
Gerakan Sedekap dalam Salat


Sedekap dilakukan sesudah mengangkat tangan takbiratulihram. Adapun caranya adalah sebagai berikut.
  • Telapak tangan kanan diletakkan di atas pergelangan tangan kiri, tidak digenggamkan.
  • Meletakkan tangan boleh di dada. Boleh juga meletakkannya di atas pusar. Boleh juga meletakkannya di bawah pusar.
Ketika bersedekap, doa yang pertama dibaca adalah doa iftitah. Setelah selesai iftitah, kemudian membaca surat Al Fatihah. Sesudah membaca surat Al Fatihah, kemudian membaca surat pendek seperti Al Ikhlas, Al ‘Asr, dan An Nasr.

Adapun Bacaan ada di bawah ini :


DOA IFTITAH
ALLAAHU AKBARU KABIIRAA WAL HAMDU LILLAAHI KATSIIRAA WASUBHAANALLAAHI BUKRATAW WAASHIILAA.
Allah Maha Besar, Maha Sempurna Kebesaran-Nya. Segala Puji Bagi Allah, Pujian Yang Sebanyak-Banyaknya. Dan Maha Suci Allah Sepanjang Pagi Dan Petang.

INNII WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZII FATHARAS SAMAAWAATI WAL ARDHA HANIIFAM MUSLIMAW WAMAA ANA MINAL MUSYRIKIIN.
Kuhadapkan Wajahku Kepada Zat Yang Telah Menciptakan Langit Dan Bumi Dengan Penuh Ketulusan Dan Kepasrahan Dan Aku Bukanlah Termasuk Orang-Orang Yang Musyrik.

INNA SHALAATII WANUSUKII WAMAHYAAYA WAMAMAATII LILLAAHIRABBIL ‘AALAMIIN.
Sesungguhnya Sahalatku, Ibadahku, Hidupku Dan Matiku Semuanya Untuk Allah, Penguasa Alam Semesta.

LAA SYARIIKA LAHUU WA BIDZAALIKA UMIRTU WA ANA MINAL MUSLIMIIN.
Tidak Ada Sekutu Bagi-Nya Dan Dengan Demikianlah Aku Diperintahkan Dan Aku Termasuk Orang-Orang Islam.


AL-FATIHAH

BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM.
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

AL HAMDU LILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN.
Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.

ARRAHMAANIR RAHIIM.
Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

MAALIKIYAUMIDDIIN.
Penguasa Hari Pembalasan.

IYYAAKA NA’BUDU WAIYYAAKA NASTA’IINU.
Hanya Kepada-Mu lah Aku Menyembah Dan Hanya Kepada-Mu lah Aku Memohon Pertolongan.

IHDINASH SHIRAATHAL MUSTAQIIM.
Tunjukilah Kami Jalan Yang Lurus.

SHIRAATHAL LADZIINA AN’AMTA ‘ALAIHIM GHAIRIL MAGHDHUUBI ‘ALAIHIM WALADHDHAALLIIN. AAMIIN.
Yaitu Jalannya Orang-Orang Yang Telah Kau Berikan Nikmat, Bukan Jalannya Orang-Orang Yang Kau Murkai Dan Bukan Pula Jalannya Orang-Orang Yang Sesat.

4. Gerakan Rukuk Dalam Sholat

Gerakan Rukuk Dalam Sholat
Gerakan Rukuk Dalam Sholat


Rukuk artinya membungkukkan badan. Adapun cara melakukannya adalah sebagai berikut.
  • Angkat tangan sambil mengucapkan takbir. Caranya sama seperti takbiratulihram.
  • Turunkan badan ke posisi membungkuk.
  • Kedua tangan menggenggam lutut. Bukan menggenggam betis atau paha. Jari-jari tangan direnggangkan. Posisi tangan lurus, siku tidak ditekuk.
  • Punggung dan kepala sejajar. Punggung dan kepala dalam posisi mendatar. Tidak terlalu condong ke bawah. Tidak pula mendongah ke atas.
  • Kaki tegak lurus, lutut tidak ditekuk.
  • Pinggang direnggangkan dari paha.
  • Pandangan lurus ke tempat sujud.
Sesudah posisi ini mantap, kemudian membaca salah satu doa rukuk. Adapun bacaan Rukuk Sebagai Berikut :


R U K U’

SUBHAANA RABBIYAL ‘ADZIIMI WA BIHAMDIH. – 3 x
Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung Dan Dengan Memuji-Nya.

5. Gerakan Iktidal dalam Sholat


Gerakan Iktidal dalam Sholat
Gerakan Iktidal dalam Sholat

Iktidal adalah bangkit dari rukuk. Posisi badan kembali tegak. Ketika bangkit disunahkan mengangkat tangan seperti ketika takbiratulihram. Bersamaan dengan itu membaca kalimat “sami’allahu liman hamidah”. Badan kembali tegak berdiri. Tangan rapat di samping badan. Ada juga yang kembali ke posisi bersedekap seperti halnya ketika membaca surat Al Fatihah. Perbedaan ini terjadi karena beda pemaknaan terhadap hadis dalilnya. Padahal dalil yang digunakan sama. Namun, jumhur ulama sepakat bahwa saat iktidal itu menyimpan tangan rapat di samping badan.
Sesudah badan mantap tegak berdiri, barulah membaca salah satu doa iktidal.


I’TIDAL

SAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDAH.
Semoga Allah Mendengar ( Menerima ) Pujian Orang Yang Memuji-Nya ( Dan Membalasnya ).


RABBANAA LAKAL HAMDU MIL’US SAMAAWATI WA MIL ‘ULARDHI WA MIL ‘UMAASYI’TA MIN SYAI’IN BA’DU.
Wahai Tuhan Kami ! Hanya Untuk-Mu lah Segala Puji, Sepenuh Langit Dan Bumi Dan Sepenuh Barang Yang Kau Kehendaki Sesudahnya.

6. Gerakan Sujud dalam Sholat


Gerakan Sujud dalam Sholat

Sujud artinya menempelkan kening pada lantai. Menurut hadis riwayat Jamaah, ada tujuh anggota badan yang menyentuh lantai ketika sujud, yaitu:
  • wajah (kening dan hidung),
  • dua telapak tangan,
  • dua lutut, dan
  • dua ujung telapak kaki.
Cara melakukan sujud adalah sebagai berikut.
  • Turunkan badan dari posisi iktidal, dimulai dengan menekuk lutut sambil mengucapkan takbir.
  • Letakkan kedua lutut ke lantai.
  • Letakkan kedua telapak tangan ke lantai.
  • Letakkan kening dan hidung ke lantai.
  • Talapak tangan dibuka, tidak dikepalkan. Akan tetapi, jari-jarinya dirapatkan, dan ini satu-satunya gerakan di mana jari-jari tangan dirapatkan, sementara dalam gerakan lainnya jari-jari ini selalu direnggangkan.
  • Jari-jari tangan dan kaki semuanya menghadap ke arah kiblat. Ujung jari tangan letaknya sejajar dengan bahu.
  • Lengan direnggangkan dari ketiak (sunah bagi laki-laki). Untuk perempuan ada yang menyunahkan merapatkannya pada ketiak. Namun, boleh juga merenggangkannya.
  • Renggangkan pinggang dari paha.
  • Posisi pantat lebih tinggi daripada wajah.
  • Sujud hendaknya dilakukan dengan tenang. Ketika sudah mantap sujudnya, bacalah salah satu doa sujud.
Ketika bangkit dari sujud untuk berdiri ke rakaat berikutnya, disunahkan wajah lebih dulu dianggkat dari lantai, kemudian tangan, dan disusul dengan mengangkat lutut hingga berdiri tegak. Bacaa pada waktu sujud :

SUJUD

SUBHAANA RABBIYAL A‘LAA WA BIHAMDIH. – 3 x
Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi Dan Dengan Memuji-Nya.

7. Gerakan Duduk antara Dua Sujud Dalam Shalat


Gerakan Duduk antara Dua Sujud Dalam Shalat
Gerakan Duduk antara Dua Sujud Dalam Shalat

Duduk antara sujud adalah duduk iftirasy, yaitu:
  • Bangkit dari sujud pertama sambil mengucapkan takbir.
  • Telapak kaki kiri dibuka dan diduduki.
  • Telapak kaki kanan tegak. Jari-jarinya menghadap ke arah kiblat.
  • Badan tegak lurus.
  • Siku ditekuk. Tangan sejajar dengan paha.
  • Telapak tangan dibuka. Jari-jarinya direnggangkan dan menghadap ke arah kiblat.
  • Telapak tangan diletakkan di atas paha. Ujung jari tangan sejajar dengan lutut.
  • Pandangan lurus ke tempat sujud.
  • Setelah posisi tumakninah, baru kemudian membaca salah satu doa antara dua sujud.


Bacaannya Sebagai Berikut :


DUDUK DIANTARA DUA SUJUD

RABBIGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARFA’NII WARZUQNII WAHDINII WA’AAFINII WA’FU ‘ANNII.
Ya Tuhanku ! Ampunilah Aku, Kasihanilah Aku, Cukupkanlah ( Kekurangan )-Ku, Angkatlah ( Derajat )-Ku, Berilah Aku Rezki, Berilah Aku Petunjuk, Berilah Aku Kesehatan Dan Maafkanlah ( Kesalahan )-Ku.

8. Gerakan Tasyahud (Tahiyat) Awal Dalam Shalat


Gerakan Tasyahud (Tahiyat) Awal Dalam Shalat
Gerakan Tasyahud (Tahiyat) Awal Dalam Shalat

Duduk tasyahud awal adalah duduk iftirasy, sama seperti duduk antara dua sujud. Ini pada salat yang lebih dari dua rakaat, yaitu pada salat zuhur, asar, magrib, dan isya. Caranya adalah sebagai berikut.
  • Bangkit dari sujud kedua rakaat kedua sambil membaca takbir.
  • Telapak kaki kiri dibuka dan diduduki.
  • Telapak kaki kanan tegak. Jari-jarinya menghadap ke arah kiblat.
  • Badan tegak lurus.
  • Siku ditekuk. Tangan sejajar dengan paha.
  • Telapak tangan dibuka. Jari-jarinya direnggangkan dan menghadap ke arah kiblat.
  • Telapak tangan diletakkan di atas paha. Ujung jari tangan sejajar dengan lutut.
  • Disunahkan memberi isyarat dengan telunjuk, yaitu telapak tangan kanan digenggamkan. Kemudian telunjuk diangkat (menunjuk). Dalam posisi ini kemudian membaca doa tasyahud.


Bacaannya sebagai berikut :


TASYAHUD AWAL

ATTAHIYYAATUL MUBAARAKAATUSH SHALAWATUTH THAYYIBAATU LILLAAH.
Segala Kehormatan, Keberkahan, Rahmat Dan Kebaikan Adalah Milik Allah.

ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH.
Semoga Keselamatan, Rahmat Allah Dan Berkah-Nya ( Tetap Tercurahkan ) Atas Mu, Wahai Nabi.

ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBADADILLAAHISH SHAALIHIIN.
Semoga Keselamatan ( Tetap Terlimpahkan ) Atas Kami Dan Atas Hamba-Hamba Allah Yang Saleh.

ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH. WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH.
Aku Bersaksi Bahwa Tidak Ada Tuhan Selain Allah. Dan Aku Bersaksi Bahwa Muhammad Adalah Utusan Allah.

ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD.
Wahai Allah ! Limpahkanlah Rahmat Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad !.

9. Gerakan Tasyahud Akhir Dalam Shalat


Gerakan Tasyahud Akhir Dalam Shalat
Gerakan Tasyahud Akhir Dalam Shalat

Tasyahud akhir adalah duduk tawaruk. Caranya adalah.
  • Bangkit dari sujud kedua, yaitu pada rakaat terakhir salat, sambil membaca takbir.
  • Telapak kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan. Jadi, panggul duduk menyentuh lantai.
  • Telapak kaki kanan tegak. Jari-jarinya menghadap ke arah kiblat.
  • Badan tegak lurus.
  • Siku ditekuk. Tangan sejajar dengan paha.
  • Telapak tangan dibuka. Jari-jarinya direnggangkan dan menghadap ke arah kiblat.
  • Telapak tangan diletakkan di atas paha. Ujung jari tangan sejajar dengan lutut.
  • Disunahkan memberi isyarat dengan telunjuk, yaitu telapak tangan kanan digenggamkan. Kemudian telunjuk diangkat (menunjuk). Dalam posisi ini kemudian membaca doa tasyahud, selawat, dan doa setelah tasyahud akhir.


Bacaannya sebagai berikut :

TASYAHUD AKHIR

ATTAHIYYAATUL MUBAARAKAATUSH SHALAWATUTH THAYYIBAATU LILLAAH.
Segala Kehormatan, Keberkahan, Rahmat Dan Kebaikan Adalah Milik Allah.

ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH.
Semoga Keselamatan, Rahmat Allah Dan Berkah-Nya ( Tetap Tercurahkan ) Atas Mu, Wahai Nabi.

ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBADADILLAAHISH SHAALIHIIN.
Semoga Keselamatan ( Tetap Terlimpahkan ) Atas Kami Dan Atas Hamba-Hamba Allah Yang Saleh.

ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH. WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH.
Aku Bersaksi Bahwa Tidak Ada Tuhan Selain Allah. Dan Aku Bersaksi Bahwa Muhammad Adalah Utusan Allah.

ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD ( tasyahud awal ) WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD.
Wahai Allah ! Limpahkanlah Rahmat Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad Dan Kepada Keluarga Penghulu Kami Nabi Muhammad.

KAMAA SHALLAITAA ‘ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIIM WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA IBRAAHIIM.
Sebagaimana Telah Engkau Limpahkan Rahmat Kepada Penghulu Kami, Nabi Ibrahim Dan Kepada Keluarganya.

WA BAARIK ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD.
Dan Limpahkanlah Berkah Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad Dan Kepada Keluarganya.

KAMAA BAARAKTA ‘ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIIM WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA IBRAAHIIM.
Sebagaimana Telah Engkau Limpahkan Berkah Kepada Penghulu Kami, Nabi Ibrahim Dan Kepada Keluarganya.

FIL ‘AALAMIINA INNAKA HAMIIDUMMAJIID. YAA MUQALLIBAL QULUUB. TSABBIT QALBII ‘ALAA DIINIK.
Sungguh Di Alam Semesta Ini, Engkau Maha Terpuji Lagi Maha Mulia. Wahai Zat Yang Menggerakkan Hati. Tetapkanlah Hatiku Pada Agama-Mu.

10. Gerakan salam Dalam Shalat

Gerakan salam Dalam Shalat
Gerakan salam Dalam Shalat


Gerakan salam adalah menengok ke arah kanan dan kiri. Menengok dilakukan sampai kira-kira searah dengan bahu. Jika jadi imam dalam salat berjamaah, salam dilakukan sampai terlihat hidung oleh makmum. Menengok dilakukan sambil membaca salam. Adapun bacaan salam sebagai berikut :

salam ke arah kanan dan kiri seraya mengucapkan: “ASSALAAMU ‘ALAIKUM WA RAHMATULLAH, ASSALAAMU ‘ALAIKUM WA RAHMATULLAH (Semoga keselamatan dan rahmat Allah limpahkan kepadamu)

Demikian tuntunan Cara Sholat Yang Benar Menurut Nabi Muhammad SAW yang dikutip dari berbagai sumber, semoga bermanfaat untuk kita semua.

#sumber http://syariah.rhodoy.com/2016/07/cara-sholat-yang-benar-menurut-nabi-muhammad-saw.html
#link youtube https://www.youtube.com/watch?v=dJe8VozINz8